Masih Ada Gulita Di Hopong


Catatan :Mayjen Simanungkalit

PERCAYA atau tidak,inilah fakta mencengangkan di usia 64 tahun kemerdekaan RI.Tanpa kita sadari,ternyata masih ada desa di negeri ini yang belum pernah menikmati penerangan listrik dan penduduknya tak pernah menonton siaran televisi.


Tak percaya ? Datang saja ke Desa Hopong,Kecamatan Simangumban,Kabupaten Tapanuli Utara (Taput). Desa ini boleh jadi merupakan desa paling terbelakang, paling terisolir, paling terpencil, paling miskin dan paling tertinggal di Taput, atau mungkin di Provinsi Sumatera Utara (Sumut).

Jika penilaian ini dirasakan terlalu mengada-ada, anda boleh tanya Torang Lumban Tobing (Toluto) Bupati Taput. Bahkan Sekdaprovsu Drs RE Nainggolan MM yang mantan Bupati Taput,pasti mengakui hal itu.Juga Kabag Perlengkapan Pemkab Deli Serdang, Rusdi Ritonga SH tak akan bisa membantahnya,sebab dia pernah Camat di daerah itu ketika Hopong masih wilayah Kecamatan Pahae Jae sebelum mekar menjadi Kecamatan Simangumban.

Apakah pemerintah tak tahu fakta ini? Bukankah Provinsi Sumut telah memiliki APBD sebesar Rp 3,5 triliun ? Mengapa masih ada warga Sumut seperti di desa Hopong tak pernah menonton televisi ?

Entahlah.Tapi ini adalah fakta tak terbantahkan. Desa Hopong berpenduduk 45 kepala keluarga itu,masih tertinggal dalam berbagai hal. Rakyat di Hopong masih lapar, masih sakit, masih bodoh dan belum memiliki masa depan. Suatu tantangan bagi Gubsu H Syamsul Arifin Silaban SE untuk merealisasikan visi dan misinya sampai ke desa Hopong.

Hopong terletak di celah bukit barisan Taput, yang berjarak sekitar 14 KM dari pekan Simangumban. Jarak kota Medan- Hopong lebih kurang 355 KM, dapat dilalui lewat rute perjalanan Medan – Tarutung - Pahae Jae – Simangumban - Hopong.

JALAN KAKI

Di hopong tidak ada Puskesmas, jika sakit mereka berobat ke dukun. Di Hopong tidak ada Sekolah Dasar sampai kelas enam. SD Negeri di sana hanya sampai kelas lima, dengan tenaga guru hanya dua orang. Maka jika akan menamatkan pendidikan tingkat SD saja, anak desa itu harus berangkat ke kota. Jangan heran, disana tak lakku wajib belajar, banyak anak putus sekolah.

Warga Hopong tidak memiliki masa depan, tak tahu perkembangan dunia luar. Desa itu gelap gulita dimalam hari. Maka jangan bayangkan didesa itu ada pesawat televisi,atau seterika maupun ricecuker.Disana hanya ada kegelapan dan suara jangkrik bersama kicau burunghantu yang setia menanti terbitnya pajar.

Hopong dapat dilalui dari dua jalan. Pertama,dari desa Padang Mandailing,Kecamatan Saipardolok Hole,Tapsel.Tapi melalui jalan setapak menembus hutan belantara dilereng bukit barisan.

Jalan yang paling dekat adalah melalui pekan Simangumban. Jaraknya tidak kurang dari 14 KM. Jika mau ke pekan membeli garam dan keperluan rumah tangga, warga desa harus jalan kaki. Kondisi jalan terjal dan jika musim hujan menjadi kubangan lumpur. Pemerintah tak pernah membangun jalan desa. Kalaupun pernah diratakan dengan buldozer, itu hanya kepentingan mafia kayu yang mencoba berpraktek illegal logging.

Dinas Pertambangan dan Energi (Pertamben) Sumut,juga tak ada program untuk membangun jaringan listrik tenaga surya di Hopong. Padahal,jika saja listrik tenaga surya disumbangkan untuk desa Hopong, akan besar manfaatnya bagi kemajuan daerah itu.

Sepertinya tahun depan, sudah wajar Dinas Pertamben Sumut membangun listrik tenaga surya di Hopong,seperti yang pernah sukses di bangun di desa Paluh Manan,Kecamatan Hamparan Perak,Deli Serdang, menggunakan APBDSU tahun 2007 silam.

Dinas Tarukim Sumut juga demikian, perlu turuntangan membantu sarana pemukiman di desa itu. Karena sebagai bagian dari NKRI,Hopong pantas dibantu. Desa itu tidak akan berubah jika Pemerintah khususnya Pemprovsu turun tangan.Berharap bantuan Pemkab Taput, sama saja pungguk merindukan bulan.Sisa-sia dan percuma.

Warga berharap, sebelum kiamat tiba, kenderaan roda empat dapat parkir mulus di halaman desa Hopong. Maka satu upaya untuk itu, pemerintah diharapkan segera membangun jalan ke desa Hopong, guna membuka keterisoliran wilayah itu. Semoga. ***